Archive for the ‘Kliping’ Category

Penganiaya Pembantu Dijerat dengan Pasal Berlapis

Sabtu, 26 Mei 2007

Metro, Koran Tempo

Penganiaya Pembantu Dijerat dengan Pasal Berlapis

Hendarsih diduga punya penyimpangan perilaku.

JAKARTA — Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Timur Komisaris Dahana akan menjerat Hendarsih, penganiaya dua pembantunya, dengan pasal berlapis. “Kami sedang menyiapkan strategi penuntutan maksimum,” kata Dahana kemarin.
Tuntutan pasal berlapis diusulkan oleh Sekretaris Jenderal Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait kemarin. “Sebab, selain menyebabkan korban tewas, tersangka telah mempekerjakan anak di bawah umur,” ujarnya. Saat dipekerjakan, Irma, korban yang tewas karena disiksa majikannya, masih berusia 16 tahun.
Menurut Arist, tersangka dapat dijerat dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga dan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. “Hukuman minimalnya 15 tahun penjara,” ujarnya.
Arist mengatakan, penggunaan pasal berlapis terhadap tersangka bertujuan memberikan efek jera. “Tidak hanya bagi Hendarsih, tapi juga bagi masyarakat yang lain,” ucapnya. Selain itu, penganiayaan tersebut adalah yang ketiga kalinya dilakukan oleh Hendarsih.
Berdasarkan catatan kepolisian, Hendarsih sudah tiga kali melakukan penganiayaan terhadap pembantunya. Peristiwa pertama terjadi pada 2005. Ketika itu Hendarsih menyetrika tubuh Ati karena memakan sebungkus mi instan. Akibat perbuatannya, dia ditahan di Rumah Tahanan Pondok Bambu selama empat bulan.
Setahun kemudian, peristiwa serupa terjadi. Ani, pengganti Ati, disiram dengan air panas gara-gara minum susu tanpa seizinnya. Tapi peristiwa itu diselesaikan secara kekeluargaan.
Selasa lalu, Hendarsih menganiaya dua pembantunya, Irma dan Rumini, di rumahnya di Perumahan Jatinegara Baru, Jakarta Timur. Irma tewas, sedangkan Rumini dirawat di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati.
Dahana mengatakan polisi masih mengumpulkan barang bukti dari tempat kejadian perkara. Dari penyelidikan awal, polisi tidak menemukan bukti celana dan uang Rp 700 ribu seperti yang dituduhkan Hendarsih kepada Irma.
Menurut psikolog Kristi Wulandari, perbuatan Hendarsih bukan karena gangguan kejiwaan. Itu gangguan impulsif, yang mendorong seseorang untuk berbuat lebih agresif. “Orang normal juga berpotensi melakukan hal yang sama,” ujar Kristi.
Direktur Eksekutif Pusat Studi Perilaku Sartono Mukaddis menyatakan Hendarsih tidak mengidap penyakit jiwa, tapi penyimpangan perilaku. Perilaku itu lahir karena pengalaman masa lalunya yang sangat pahit. Mereka beranggapan kekerasan itu dapat menghindarkan mereka dari bayangan masa lalu.
Koordinator Perlindungan Kelompok Rentan Diskriminasi Komisi Nasional untuk Perempuan Lisa Noor Humaidah mengatakan tindakan Hendarsih membuktikan pembantu rumah tangga masih berada di posisi yang rentan terhadap kekerasan. Pembantu cenderung tidak diberi akses sosialis. Padahal pembantu berhak memperoleh hak sosialisasi, di samping hak upah yang layak dan hak libur. RIKY FERDIANTO

Bank Dunia dan IMF harus dibubarkan

Bank Dunia dan IMF harus dibubarkan. Pernyataan itu terlontar dalam konferensi pers yang digelar GERAK LAWAN di depan kantor Bank Dunia, di gedung BEJ Jakarta, Selasa (13/9). Bank Dunia dan IMF yang akan menggelar pertemuan tahunannya di Singapura pada 19-20 September nanti akan diprotes sejumlah organisasi rakyat dan LSM dari berbagai belahan dunia.

Protes puluhan organisasi tersebut difokuskan di tiga titik, yaitu di Jakarta, Batam dan Singapura. Para aktivis menganggap Bank Dunia dan IMF selama ini hanya memiskinkan negara-negara yang dunia ketiga. Kedua lembaga keuangan dunia itu secara sengaja memberikan utang kepada negara-negara miskin dengan berkedok bantuan. Padahal selama ini utang-utang tersebut hanya membangkrutkan perekonomian negara-negara miskin.

Lebih jauh lagi, Bank Dunia dan IMF seringkali ikut campur dalam urusan kebijakan di negara-negara penerima utang. Akibatnya, kebijakan di negara-negara pengutang lebih berpihak kepada kaum pemodal sehingga kesejahteraan rakyat dikorbankan.

Oleh karena itu, Bank Dunia dan IMF dianggap telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat di negara-negara miskin. Atas perannya itu, Bank Dunia dan IMF patut dibubarkan.

GERAK LAWAN adalah gabungan sejumlah Organisasi Rakyat dan LSM untuk melawan penjajahan baru. Mereka terdiri dari, Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI), Koalisi Anti Utang (KAU), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Walhi Jakarta, Serikat Buruh Jabotabek (SBJ), Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI), Komite Mahasiswa Anti Imperialisme (KMAI), Kesatuan Aksi Mahasiswa LAKSI 31 (KAM LAKSI 31).

Sumber

Kedubes Arab Saudi Di Jakarta Didemo

Kedubes Arab Saudi Di Jakarta Didemo
22 Juli 2006 Sabtu | Oleh : BUY

KEDUTAAN Besar (Kedubes) Ke­rajaan Arab Saudi di Jakarta, kem­bali didemo para peng­unjuk­rasa yang mendesak negara yang sedang menikmati mahalnya harga minyak dunia itu, tidak ting­gal diam dan melakukan aksi nyata menghentikan kebrutalan invasi Israel ke Palestina dan Libanon.

Setelah didemo Hizbut Tahrir sehari sebelumnya, puluhan anak muda dari LS-ADI, HMI MPO Ca­bang Jakarta Selatan, BALFAS, ISMAD yang terga­bung dalam aksi Solidaritas Untuk Libanon dan Palestina mendemo Kedubes Arab Saudi, kemarin siang.

“Seharusnya pemerintahan Arab Saudi tidak tinggal diam. Ti­dakkah Arab Saudi memiliki rasa malu atas sikapnya yang membiar­kan muslim Palestina menderita sendirian akibat kekejaman Ya­hudi Israel? Padahal sebagai ‘pela­yan’ kota suci Makkah dan Madi­nah serta tempat Islam pertama kali hadir, Arab Saudi seharusnya me­respon dengan aksi nyata tun­tutan umat Islam dunia yang me­ngu­tuk dan menginginkan derita muslim Palestina dan Libanon berakhir,” teriak salah seorang penjunjuk rasa dalam orasinya.

Selain menggelar orasi, puluh­an pengunjukrasa itu juga mem­ben­tangkan spanduk dan poster yang di antaranya bertuliskan tun­tutan, “Dunia Bukan Milik Ban­­g­sa Yahudi,” “Boikot Pro­duk-pro­duk Pro-Zionis,” “Saudi Ara­bia, Seharusnya Engkau Mem­bantu Umat Islam,” “Wahai Arab, Di­mana Uhkwah Islami­yah­mu.”

Di tengah unjukrasa, seorang petugas Kedubes menghampiri para pengunjukrasa untuk mem­be­ritahukan, pihak Kedubes mau ber­dialog dengan perwakilan peng­unjukrasa.

Sesaat kemudian, koordinator aksi, Ray Rangkuti masuk ke da­lam Kedubes ditemani empat orang rekannya untuk bertemu menyampaikan tuntutan kepada Kuasa Usaha Kerajaan Arab Sau­di untuk Indonesia, Dr. Abdullah Qusyairy. Pihak Kedubes tidak mengizinkan wartawan meliput pertemuan yang berlangsung sekitar 45 menit itu.

Usai melakukan pertemuan, Ray kembali menemui para re­kan­nya yang berunjukrasa di pin­tu gerbang Kedubes untuk me-nyam­paikan hasil pertemuan.

“Selain menyampaikan sikap prihatin terhadap Palestina, da­lam pertemuan itu kami juga mem­­pertanyakan sikap Arab Sau­­di dan negara-negara Arab lain­nya yang cuma diam menyak­sikan Palestina dan Suriah diin­vasi secara brutal oleh Israel,” ka­ta Ray melalui pengeras suara ke­pada rekan-rekannya.

Tentang tanggapan Kedubes, jelas Ray, Dr. Qusyairy menga­takan berterimakasih karena telah diingatkan agar tidak tinggal diam dan membantu Palestina dan Libanon. Selanjutnya, jelas Ray, Qusyairy mengatakan, Ke­rajaan Arab Saudi telah mel­a­kukan sejumlah hal dimasa lalu untuk membantu Palestina.

“Dia bercerita panjang lebar tentang bantuan yang pernah diberikan Kerajaan Arab Saudi kepada Palestina, itu saja yang diulang-ulang dalam pertemuan tadi. Lalu saya sampaikan, saat ini Kerajaan Arab Saudi tidak mela­kukan tindakan nyata apa-apa un­tuk membantu rakyat Pa­lestina dan Suriah yang diinvasi Israel saat ini. Kalau hanya me­ngutuk, se­mua negara Islam du­nia me­ngutuk. Tapi Arab Saudi dan ne­gara-negara Arab lainnya ha­rus me­lakukan tindakan nyata, jangan hanya tinggal diam,” kata Ray.

Mendengar itu, tambah Ray, Qusyairy berjanji peme­rintah­annya akan melakukan langkah-langkah nyata dalam satu atau dua minggu ini untuk membantu ma­syarakat Palestina dan Li­banon.

“jika dalam dua ming­gu Kera­jaan Arab Saudi tidak melakukan tindakan nyata membantu Pales­tina dan Liba­non, kami akan da­tang lagi de­ngan massa yang jauh lebih besar,” tandas Ray. RM

sumber